Friday, November 19, 2010

Manisnya Pertemuan Medvedev - Ahmadinejad Di Tengah Ambisi Nuklir Iran


Presiden Rusia Dmitry Medvedev (kiri) berjabatan tangan dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam pertemuan mereka di Baku (18 November 2010). Foto : Kremlin.Ru

Dimuat juga di  KATAKAMI.WORDPRESS.COM



(KATAKAMI 19/11/2010) -- Siapa yang tak kenal dengan nama Mahmoud Ahmadinejad ? Pria brewokan kelahiran 28 Oktober 1956 ini adalah Presiden dari Republik Islam Iran.

Saat ini ia sedang menjalankan periode kedua pemerintahannya setelah terpilih kembali pada pemilihan umum kepresidenan tahun 2009 lalu.

Berbicara soal Ahmadinejad, berarti bicara tentang ambisi nuklir Iran yang mnemancing kecurigaan dan kemarahan hampir sebagian besar negara-negara barat.

Terutama Amerika Serikat dan Israel.

Ahmadinejad adalah figur yang sangat semaunya dalam berbicara.

Ia tak pernah punya rasa sungkan atau pakem-pakem diplomasi saat berbicara dalam forum-forum internasional.

Dua bulan lalu (September 2010) dalam forum sidang terbuka Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa ( 65th session of the United Nations General Assembly ), Ahmadinejad bisa dengan seenaknya mengatakan bahwa mayoritas orang mempercayai bahwa Amerika Serikatlah yang berada di belakang serangan 11 September 2001.

Pidato yang sangat seenaknya ini menyebabkan sejumlah delegasi dalam sidang Majelis Umum PBB melakukan walkout.

Bahkan Presiden Barack Obama secara reaktif menjawab tudingan ( klaim ? ) dari Presiden Ahmadinejad dengan mengatakan bahwa tuduhan itu adalah "sesuatu yang dapat menimbulkan kebencian". 

Istilah yang digunakan Presiden Obama menjawab klaim itu adalah : "Inexcuseable, offensive" and hateful".

Tapi "kegilaan" Presiden Ahmadinejad pada Amerika tak cuma ini, beberapa bulan sebelumnya Presiden Ahmadinejad juga pernah membuat heboh lewat pernyataannya saat ia mengatakan bahwa sebenarnya Osama Bin Laden berada di Washington.

Kontan saja omongan "asal-asalan" dari Presiden Ahmadinejad ini dibantah secara keras oleh Washington.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad saat ia tiba di kota Qazvin sekitar 90 mil (140 kilometer) barat ibukota Teheran, Iran (Getty Images)

Dan Ahmadinejad seakan tak peduli pada reaksi Obama pasca pidato kontroversial di Sidang Majelis Umum PBB .

Bahkan dalam statusnya pada akun pribadinya di jejaring TWITTER, Ahmadinejad dengan cuek menuliskan sebagai berikut :

"Well, my material bombed at the UN again. This is the last I hire Michael Richards as my head speechwriter" (September 24, 2010).

Di hari yang sama, Ahmadinejad juga menyerang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam wawancara di CNN.

Tidak tanggung-tanggung, Ahmadinejad menyebut PM Netanyahu sebagai pembunuh perempuan dan anak-anak.

Dan tuduhan yang sangat berani ini, dipertegas lagi oleh Ahmadinejad.

Dalam akun twitternya yang lain Ahmadinejad menuliskan sebagai berikut :


"I wasn't lying when I told CNN's Larry King that @Plaid_Netanyahu is a dictator"who should be tried for killing women and children." (September 24, 2010)

Berbeda dengan Presiden Obama, PM Netanyahu tidak mau menanggapi serangan terbuka lewat media yang dilakukan Presiden Ahmadinejad.

Bibi (panggilan Netanyahu) bagaikan "gunung es" yang barangkali menganggap omongan Ahmadinejad adalah sesuatu yang bersifat murahan dan tak perlu dijawab secara khusus,

Tetapi dalam sebuah media online di Israel, rakyat disana yang merasa perlu membela pemimpin mereka yang diserang oleh Presiden Iran menuliskan beragam komentar.

Bibi dibela oleh rakyatnya sendiri.



Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pertemuannya dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon di New York (8 November 2010). Salah satu pernyataan yang disampaikan PM Netanyahu saat ia berkunjung ke Amerika adalah cara terbaik untuk menghadapi dan mengatasi ambisi nuklir Iran adalah dengan melakukan SERANGAN MILITER. (Foto : Getty Images)

Diantaranya adalah menyayangkan CNN yang memberikan kesempatan bagi Ahmadinejad untuk diwawancarai.

Dan ada sebuah komentar berbahasa Inggris yang di muat di media online Israel HAARETZ yang singkat tetapi cukup pedas dari rakyat Israel untuk Ahmadinejad yaitu : "Look who's talking !"

Presiden Ahmadinejad memang termasuk salah seorang pengguna jejaring sosial Twitter yang cukup aktif.

Ia punya beberapa beberapa akun twitter.

Dan dalam akun twitter pribadinya yang manapun, topik yang paling sering disorot untuk diejek, disindir dan dikomentari dengan seribu satu macam "keanehan" adalah soal Amerika, Presiden Obama, Palestina dan Israel.

Tetapi Ahmadinejad juga menunjukkan "kegenitan yang sangat menggelikan" saat ia menjawab di Twitter kritikan dari sesama pemimpin dunia (dari kalangan perempuan) yaitu dari Presiden Argentina Cristina Fernández de Kirchner.

"Oh, what's that? YOU'RE A WOMAN, I CAN'T HEAR YOU! I'm not listening, lalalalalalalala"  (October 22, 2010).

Atau pesan Ahmadinejad untuk Mantan Ketua DPR Amerika, Nancy Pelosi yang harus tersingkir dari kursi jabatannya pasca kemenangan Partai Republik yang mengantarkan JOHN BOEHNER sebagai pengganti Nancy Pelosi :


"Ex-speaker Pelosi, you can still "speak" at my house anytime. (wink wink) -M.A." (November 3, 2010).

Ahmadinejad adalah anak dari pasangan Ahmad dan Khanom.

Ia adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara.

Tak selamanya ia bersikap arogan.


Dalam foto ini diambil pada Selasa, 9 November 2010, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, kanan, menyambut Kardinal Jean-Louis Tauran, Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Vatikan, di kantor kepresidenan di Teheran, Iran. (Foto : Getty Images)

Saat Paus Benediktus ke XVI secara tegas mengecam rencana Pendeta Terry Jones untuk membakar Al Quran pada bulan September 2010 lalu, hal ini mendapat pujian dari Presiden Ahmadinejad.

Ia menghargai Tahta Suci Vatican yang mengecam rencana gila yang provokatif tadi.

Ahmadinejad,  tumben-tumbennya bisa menuliskan pesan yang sangat santun pada akun twitternya mengenai hal itu :


"I thank Pope for condemning the Qu'ran burning which was to take place in Florida, USA not long ago. Much, much appreciated" (October 8, 2010).

Mungkin itulah sebabnya tanggal 9 November 2010 lalu, Presiden Ahmadinejad bersedia menerima kunjungan dari Utusan Paus Benediktus yaitu Kardinal Jean-Louis Tauran yang datang untuk menyampaikan surat khusus dari Paus untuk Presiden Iran.

Dan bagi Indonesia, Iran adalah negara sahabat yang selalu mendapat tempat khusus di hati sebab sama-sama memiliki latar belakang sebagai negara Islam.

Indonesia adalah negara yang berpenduduk Islam terbesar di dunia.

Indonesia tak pernah bergeser dari sikapnya jika menyinggung masalah program nuklir Iran yaitu tak setuju jika Iran dijatuhi sanksi yang sangat tidak berkeadilan tetapi Indonesia selalu mendukung secara tegas proses dialog dalam menyelesaikan krisis nuklir di Iran.


Presiden Rusia Dmitry Medvedev (kiri) dalam pertemuannya dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad di Baku (18 November 2010). Foto : Kremlin.Ru

Dalam kunjungannya ke Baku pada pekan ini, Presiden Ahmadinejad menyerukan kepada negara-negara barat agar berhenti menekan Iran.

Desakan dari Ahmadinejad ini sangat bisa dipahami dengan akal sehat.

Bagaimana efektivitas diplomasi jika untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang sangat rumit semacam nuklir, jurus yang digunakan adalah jurus gertak yang sangat sinis disertai sanksi-sanksi yang sangat memusingkan kepala bagi Iran ?

Itu sebabnya, pertemuan antara Presiden Ahmadinejad dengan Presiden Rusia Dmitry Medvedev di Baku tanggal 8 November lalu sangat menyejukkan hati.

Rusia memainkan peranan yang sangat cantik dalam krisis nuklir Iran yang semakin suram.

Presiden Medvedev menyampaikan langsung kepada Presiden Ahmadinejad tentang pentingnya menjaga program nuklir di Iran sebagai sebuah program nuklir damai ( a peaceful Iranian nuclear programme ).

Pertemuan ini menjadi tolak ukur baru bahwa saat ini ada pemimpin dunia yang bisa melakukan kontak langsung dengan Iran dalam sebuah kerangka dialog yang sehat dan bersahabat.

Sikap saling serang di media-media internasional dari sejumlah pihak kepada Iran ( dan dibalas juga oleh Presiden Ahmadinejad lewat pernyataan-pernyataan yang jauh lebih "bringas" di media ) hanya akan membawa proses perundingan dalam mengatasi ambisi nuklir Iran ke lembah kekelaman.

Rusia membuktikan kemampuan mereka untuk menjadi kekuatan baru yang pantas disegani di dunia.

Lepas dari kepentingan perdagangan antar kedua negara yaitu Rusia dan Iran, tetapi Rusia juga harus selalu mengingat bahwa posisi strategis mereka ini harus tetap diarahkan pada prinsip perdamaian dan keamanan dunia yang berkelanjutan.


Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Dmitry Medvedev. (File)

Baik Presiden Medvedev atau Perdana Menteri Putin, keduanya harus senantiasa membawa dan menempatkan Rusia sebagai tonggak yang akan selalu menjamin misi-misi perdamaian dan keamanan dunia terjaga dengan baik.

Rusia harus sangat selektif melakukan perdagangan senjata (misil) ke negara-negara manapun yang dapat menyalah-gunakan kecanggihan persenjataan itu untuk merugikan pihak lain.

Sangat menyejukkan hati saat Rusia ( lewat Presiden Medvedev ) bisa secara langsung bertemu dan berkomunikasi dengan pemimpin seradikal Presiden Ahmadinejad.

Ke depan, Rusia bisa menjadi kekuatan yang bisa mengimbangi dan meminimalisir kerasnya dorongan banyak pihak yang sudah sangat kehabisan kesabaran dan begitu geram pada Iran.

Rusia bisa menjadi pihak yang berperan maksimal untuk ikut menyelesaikan krisis nuklir di Iran, terutama jika semua saluran komunikasi dan lobi-lobi dari berbagai kekuatan diplomasi menjadi tersumbat.

Apalagi setelah bertemu dengan Presiden Ahmadinejad pada bulan November ini, Presiden Medvedev berencana untuk melakukan kunjungan ke Israel pada bulan Januari 2011 mendatang.

Topik soal Iran pastilah akan menjadi topik menarik untuk dibahas bila sudah bertemu dengan Israel.

Paling tidak, Presiden Medvedev bisa menyampaikan pada Presiden Shimon Peres dan Perdana Menteri Netanyahu agar Israel bersedia bersikap lebih "baik hati" dalam menghadapi masalah Iran.

Mau jadi apa dunia ini kalau sedikit-sedikit, serangan militer yang dijadikan langkah utama.

Mau jadi apa dunia ini kalau dalam menyelesaikan sebuah masalah penting seperti krisis nuklir ini, masing-masing negara besar dan kekuatan-kekuatan yang "super power" begitu mudah menjatuhkan sanksi demi sanksi.

Diplomasi seakan sudah tidak membutuhkan proses dialog.

Diplomasi seakan sudah tidak membenarkan proses damai.

Diplomasi, apakah pantas disebut sebagai diplomasi, jika kekuatan-kekuatan besar yang mempunyai peranan penting didunia ini sudah mengubah citra mereka menjadi singa yang siap menerkam siapa saja yang dianggap membangkang dan tak mau diatur ?

Jangan serang Iran, apalagi lewat serangan militer.

Sebab serangan itu hanya akan membuat rakyat Iran menjadi terancam dan hampir dapat dipastikan akan memakan korban jiwa yang tak berdosa dari kalangan sipil, perempuan dan anak-anak.

Dan janganlah ada arogansi-arogansi yang bersembunyi dibalik prinsip-prinsip keangkuhan sebagai negara atau kekuatan yang penuh superioritas ( super power) sehingga merasa pantas untuk menghajar negara lain.

Untuk apa ada Perserikatan Bangsa Bangsa ( UN ) Di dunia ini jika kekuatan diplomasi sudah kehilangan kekuatan-kekuatan lobi mereka yang berbasiskan perdamaian yang sesungguhnya.

Iran juga harus sangat terbuka pada kepedulian dunia internasional bahwa di zaman kekinian ancaman nuklir sebagai senjata pemusnah atau pembunuh massal adalah sesuatu yang sangat tidak dibenarkan.

Presiden Ahmadinejad juga harus mau bersikap lebih bersahabat kepada media massa asing yang ingin berkontribusi di Iran sebab para jurnalis tidak memiliki agenda-agenda propaganda yang licik.

Percayalah bahwa setiap jurnalis dan setiap media hanya membawa satu kepentingan yaitu pembawa informasi.

Please.


(MS)